MENGAPA NAMA BANI DIASUMSIKAN KEPADA KAKEK

Pertemuan menyambut syawalan yang diadakan oleh Bani Abu 'Amar bagi kita yang segenerasi adalah cukup luar biasa. Teringat acara ini diawali saat masih SMA kelas 2 (th 1986), saat itu yang berpidato masih putra putri alm. KH Abu 'Amar termasuk menantunya yang sebagian besar kiyai2 di Solo. Sebut saja : alm. KH M.Bilal, alm KH Abdusomad Nirbitan, alm KH Jamaludin Assalam, alm KH Sahlan, alm KH Ali Darokah Jamsaren. Posisi orang tua kita yang segenerasi adalah kakek buyut (mbah buyut : jawa). Terakhir diadakan adalah hari ke-3 Syawal kemarin, yang bertempat di halaman ponpes Jamsaren dengan penyelenggara keluarga besar Surabaya (Prof. Dr. Jayid), yang sudah nampak sepuh, dokter spesialis syaraf yang cukup mashur di kota nya.

jejak jamsaren nampak dari kejauhan

Alkisah, nama Abu Amar dalam benak dan lintasan adalah sosok yang cukup bersahaja, alim, dan tokoh saat itu lebih dari 60 th dari sekarang. Tentu sulit untuk merunut jejaknya buat generasi dibawah cucu (cicit). Beda dengan kakek yang masih terekam jejaknya, apalagi putra putri kakek sebagian masih ada, akan mudah terlacak dengan baik meski tidak 100 persen. Penulis perlu untuk sedikit urun rembug tentang masalah ini, adalah sesuatu yang besar pernah terjadi zaman pembebasan Makkah (fathu Makkah). Sekilas tentang ini, bolehlah nukil artikel yang sudah tersebar SEPERTI INI. Liku liku dialami baginda Nabi Muhammad SAW termasuk operasinya yang sempat bocor ( di artikel itu ) dan di blog ini juga pernah dituliskan DISINI. Sementara hikmah atau tausiyah acara syawalan dan halal bihalal kluarga besar Bani Abu 'Amar disampaikan oleh KH Anwar Sholeh, yg termasuk cucu Mbah Abu 'Amar dari jalur alm. Abdussomad  Nirbitan (menantu).

Bani Abu Amar Jamsaren Syawalan 2019

Banyak siroh (perjalanan yang menuliskan) tentang Fathu Makkah ini, yakni pembebasan dengan perang namun minim pertumpahan darah (tetap ada korban jiwa yakni mereka mereka yang memang sering melanggar perjanjian damai dan menjadi semacam DPO nya Nabi SAW) dan jumlahnya tidak sampai 10 orang. Imam Bukhory pernah meriwayatkan seputar bebasnya kota Makkah ini, yakni ketika dalam keadaan kocar kacir baik kubu muslimin maupun tuan rumah/ musrik Makkah karena memang kemenangan masih simpang siur.  Kubu muslimin sendiri dirudung rasa galau yang berlebihan. Keadaan ini akhirnya disiasati oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggandeng pamannya yg sdh masuk islam (Abbas Bin Abdul Mutholib RA)  untuk berseru di kedua kubu, Seruan inilah sebagai keyword tercapainya kemenangan sekaligus perlindungan kepada yang menyerah (penduduk Makkah). Seruan itu menisbatkan pada kakek mereka yakni Abdul Mutholib.

Abdul Mutholib tak lain adalah kakek nabiyulloh Muhammad SAW, sebagai simbol dan tokoh saat itu yang disegani semua kalangan komunitas di Makkah. Di samping kluarga berada, terkenal dengan budi pekerti nya yang luhur. Abbas RA yang perawakannya tinggi besar, dengan menggaungkan nama kakek, alhasil semua kalangan yang berperang seperti ingat sosok siapa kakek mereka yang amat dikagumi. Dan dengan seruan Abbas RA (tak lain putra Abdul Mutholib sendiri) membuat suasana jadi damai, hening, dan membuat suasana seperti keadaan damai saat itu meski saat itu yang jelas dlm suasana kejahiliyahan. Bedanya, saat Abbas RA menjadi muslim, yang terjadi adalah kedamaian sesungguhnya. Point yang penting adalah :

  • Siapa masuk rumah Abu Sofyan RA akan aman (Abu Sofyan, pemimpin perang Badar dan Uhud masih musrik) dan menjadi muslim sebelum fathu makkah
  • Siapa yang masuk Masjidil Harom, aman
  • Siapa yang baiat kepada Nabi untuk masuk Islam, aman

Dalam kancah kehidupan pasca Nabi Muhammad SAW wafat, situasi masih terkendali dimana sayyidina Ali RA (menantu Nabi) masih berada di awal awal khilafah rosyidah berada. Warna, aura, garis ruh nya masih nampak bekasnya. Namun saat khalifah Ali RA, gelombang fitnah besar menerpa meski sudah diawali dengan wafatnya Umar RA (yang memerintah lk.10 th), disusul Usman RA yang sebentar. Generasi yang cukup rawan dialami oleh sayyidina Hasan RA dan sayyidina Husein RA. Keduanya adalah cucu Nabi Muhammad SAW. Ruh dan aroma kenabian sudah mulai pudar, bahkan sebagian yang menjadi sahabat sahabat kakeknya terang terangan bersikap anti dengan sikap kedua cucu ini, namun ini khusus dalam hal perpolitkan saat itu. Tidak dalam masalah dinul islam yang murni, khususnya periwayatan hadist, tafsir serta bidang keilmuwan yang mendukung. Wafatnya cucu Nabi Muhamad SAW yang akhirnya menjadi cerita legendaris, yang sebagian dianggap semacam wajibnya ritual melukai, adalah fitnah besar pasca wafatnya Al Mushtofa (N. Muhammad SAW).

Secara naluri dan budaya, memang nama kakek adalah legend dan icon. Akan tetapi dengan sedikit kisah diatas nampaknya perlu diatensi lagi bahwa waktu akan berputar seperti semula.  Dengan berakhirnya khilafah era Imam Ali RA yang penuh fitnah dan berdarah darah, ternyata tidak lama kemudian Islam kembali berkibar saat Umar Bin Abdul Aziz RA menjadi khalifah, bahkan surplus ekonomi dialami era khalifah yang adil saat itu. Demikian sebuah zaman, waktu, era. Kapan akan muncul era keemasan, lalu redup jadi perak bahkan cuma jadi besi berkarat, namun di saat itulah akan muncul bibit keemasan yang lama dinanti.

Wallohu A'lam.





bagi pengalaman

berusaha belajar menulis dan membagikan kepada siapa saja dan cukup panggil nama ifoel atau bagi pengalaman

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama