Hijrah yang selama ini diartikan dengan perpindahan tempat menuju tempat baru
dalam rangka menjaga keselamatan pelaksanaan ibadah (baca islam) adalah tidak
terlalu salah. Ada nilai besar di balik hijrah di samping nilai religius itu
yakni aspek ekonomi yang menjadi pusat perhatian (central mind). Apakah melulu
murni mengamankan aspek ubudiyah saja yakni agar aman pelaksanaan ibadah beserta
aturan aturannya (syariah) sementara syariah terkadang muncul berupa wahyu di
saat ibadah itu sendiri. Seperti akan sholat ternyata nihil air, akhirnya turun
wahyu tayammum. Ini contoh kasus sederhana.Ternyata tidak demikian adanya,
karena di saat Hijrah-1 Habasyah (Afrika) yang berangkat kalangan yang berada
(aghniya') meskipun tidak semuanya, sebut saja ada Usman Bin Affan RA dan Jakfar
Bin Abu Tholib RA (kalangan berpengaruh) dan Jakfar RA inilah yang nanti akan
membuka cakrawala kemurnian Islam setelah sebelumnya raja itu sebagai penganut
Nasrani yang patuh (ajaran kitab Injilnya N Isa AS).
sebuah produk kaos tema hijrah (kawah) |
Kepergian orang orang yang
berpengaruh baik bidang ekonomi dan cendekiawan (Jakfar RA) tentu atas petunjuk
Nabi Muhammad SAW. Meski peran Jakfar RA agak bisa dikesampingkan karena
missinya keilmuwan, namun absennya Usman RA di Makkah menjadi persoalan besar.
Makkah sudah dikenal sebagai mitra dagang Persi (Bagian Timur Arab) dan Romawi
(Bagian Barat Arab). Apakah aspek perdagangan saja yang menjadi ketakutan tokoh
tokoh musrik Makkah yang menjadi seteru nabi terakhir ?. Secara politis,
kepergian orang orang berpengaruh itu akan membawa dampak besar karena info dari
merekalah situasi asli Makkah tak bisa disembunyikan. Bahwa yang kuat menekan
yang lemah, monopoli perdagangan hingga siksaan bagi pemeluk agama baru Islam
adalah nyata dan tak bisa dimungkiri, sementara keimanan Jakfar RA dan Usman RA
sulit dibelokkan karena siraman baginda nabi berupa wahyu menancap kuat di
dadanya. Dan aspek geopolitik inilah yang menjadi sesuatu yang mahal di kalangan
bangsawan, tokoh dan pengusaha besar Makkah. Bila mujahid mujahid Islam awal
awal itu membuka tabir dan keadaan Makkah secara apa adanya, gugur sudah
pengaruh pembesar berikut tokoh tokohnya, mengingat Raja Najashy juga bukan
sembarangan.
Beliau dibawah lindungan dan kekuasaan pusat (central) Romawi saat itu. Raja romawi
masih memegang kuat nilai nilai yang ada pada kitab mereka sampai Hirakleus yang
ada di Syam pun diam diam menunggu kedatangan nabi terakhir yang beliau amat
paham ciri cirinya (Imam Bukhori sajikan hadist nya pada bab Iman dengan
kisah pertemuan Raja Romawi dan Abu Sofyan dari Makkah yang masih musrik saat perjanjian
damai Hudaibiyah. Abu Sofyan pemimpin kafilah dagang Makkah sedang perjalanan misi dagang berada di Syam dan diundang khusus menghadap Raja itu yakni Hirakleus/
Hirakla).
kajian siroh di masjid At Taqwa Honggowongso |
Diantara keberhasilan Hijrah ke Madinah, terletak pada strategi Nabi
SAW menemui 6 rombongan Haji dari Madinah yang berusia belia/ muda, meski
sebelumnya sudah ada utusan (Mus'ab Bin Umair RA) yang diam diam tinggal disana
sementara untuk mengajari ajaran ajaran dasar Islam. Mus'ab RA juga berusia muda
bahkan dalam siroh sahabat awalnya adalah pemuda parlente dengan minyak wangi
khasnya (memang saat di Makkah sebagai keluarga berada). Ke-6 tamu Haji Madinah
ini kunci utama Hijrah Nabi berjalan dengan mantab, sebagaimana disampaikan
narasumber majelis Masjid At Taqwa Al Islam Solo malam Sabtu kemarin (18 Juni
2021) yang memang pakar shiroh yakni pertanyaan Nabi SAW kepada ke-6 Hujjaj
(jama' rombongan Haji). Pertanyaan itu adalah : Kenapa kalian penduduk Madinah
harus beli air (sumur) sebagai piranti kehidupan kepada Yahudi sementara Yahudi
di Madinah adalah kaum pendatang atau tamu ?. Dimana martabat kalian ?.
Saya ini ( kata Nabi SAW) yang akan menolong kalian dan kaum yahudi tahu betul ciri ciri
dan sifat Nabi Terakhir seperti tersebut di kitab mereka. Kenapa orang asli
seperti kalian wahai warga Madinah, harus tunduk kepada kalangan yang Al Quran banyak mencela mereka
?
Pertanyaan Rosululloh SAW tidak dengan pendekatan religius, akan tetapi
memanfaatkan aspek aset dan ekonomi yang dimiliki penduduk Madinah. Inilah modal
awal dan oleh oleh ke-6 pemuda tamu Alloh (Haji) itu, dan segera setelah sampai
Madinah mereka berhasil meyakinkan penduduk Madinah agar segera berbuat baik
kepada nabi akhir zaman yang oleh kitab ala manakiban (sejarah dengan bait bait
yang dilagukan) yakni :
akan ada nabi akhir lahir di Makkah, lalu hijrah untuk
hidup di Madinah
Tentu tema Logika Sederhana Hijrah Menghadapi Penjajah disusun
agar bahasan pakar shiroh yang hadir di masjid Taqwa Al Islam sebulan sekali itu
tak sia sia belaka untuk didokumentasikan karena info ini belum pernah didengar
secara umum. Dengan spirit Hijrah yang akan menggeser kalangan penjajah (yahudi)
membuat rasa kagum tersendiri bagi warga Madinah yang selama ini aspek aspek
serta jalur apapun dikuasai oleh yahudi yang terdiri 3 kalangan (nadir, qoinuqa
dan quraidhah).
Selama ini yang selalu mengelu elukan hadirnya nabi atau rosul
adalah kalangan yahudi baik bani isroil era sebelumnya di wilayah Syam atau
yahudi belakangan yang berkumpul di Madinah. Keyakinan mereka, hadirnya nabi
rosul akan memenangkan peran apapun serta mengangkat derajat mereka. Bahkan
kalangan yahudi Madinah pun berharap, jika nabi terakhir muncul dikalangannya,
maka Makkah akan ditundukkanya tak lama lagi. Ternyata harapan yahudi terbalik,
justru nabi terakhir hadir di Makkah dan akan hijrah ke Madinah meski memang
sesuai takdir melewati masa masa sulit dan embargo serta ancaman jiwa lebih
kurang 13 tahu di Makkah sejak nama Muhammad diangkat menjadi Nabi serta Rosul
(mengemban amanat disampaikan kepada ummatnya).
Inilah zaman terbalik pertama
yang ada dalam pemikiran yahudi saat itu dengan ditandai hadirnya Nabi justru
dari kalangan Arab serta Nabi itu mendatangi mereka dalam bentuk Hijrah bukan hadir di kalangan mereka yang oleh warga Madinah sendiri dianggap yahudi ini sebagai tamu sekaligus Penjajah.
Dari sejenak uraian diatas yang merupakan kajian tak sampai 1 jam antara Maghrib - Isya' di masjid kenangan semasa SMA yakni komplek SMA Al Islam 1 Honggowongso seakan membuka cakrawala baru dengan sebuah pertanyaan :
Kapan zaman terbalik kedua, akankah terjadi saat ini
Kebetulan menimpa keluarga (dzuriyah Nabi) yang sedang berhadapan dengan sebuah imperium lokal yang bisa jadi bagian dari imperium internasional ?. Bukan pada target pada ide membentuk sebuah daulah Islamiyah atau Khilafah, nampaknya memang belum saat nya (sebagaimana info ini memang ada dlm QS An Nur 55). Akan tetapi seperti logika hijrah yang sederhana yakni kehadiran dhuriyah nabi ini dianggap sosok yang menjadi penghalang sebuah misi ekonomi baik nasional regional serta internasional. Dulu hijrah oleh Nabi Muhammad SAW sebagai single man leader, zaman now oleh keturunannya yang juga sedang menghadapi permasalahan yang cukup pelik dan rumit.
Wallohu A'lam Bisshowab