Pemimpin Itu Jangan Sampai Nakal

Pernahkan, anda atau siapa saja menghadiri haul atau tradisi ultah ponpes Nurul Huda Sragen yang digawangi Kyai Syarif Hidayat ?. Jika ya dan pernah, ada alamat serta pandangan anda musti tertuju pada kaos atau banner yang banyak terpampang dengan motto atau slogan :

Ojo Neko Neko, Yen Teko Ojo Nakal
jangan aneh aneh, jikalau datang jangan nakal


abah kyai syarif dan motor antik nya

Meski sudah puluhan kali acara digelar dan hanya mengalir bak air seperti slogan itu berada, nampaknya itu bermakna bila ditujukan  buat para pemimpin skala manapun. Dari wilayah terkecil hingga negara, dari wakil rakyat hingga wakil ummat (tokoh) baik tokoh agama atau tokoh masyararakat. Mengapa diambil judul  pemimpin itu jangan sampai nakal  tidak lain dan tidak bukan sekarang eranya apa apa ditampilka terutama yang di media televisi secara tak langsung akan mewakii siapa yang dirasa cocok. Acara Kick Andi yang mengupas, misal nya pengusaha sukse kalangan muda bisa jadi akan jadi pemimpin mereka yang akan terjun dunia itu bukan ke presiden atau gubernur. Kemarin sempat menampilkan acara dosen bergelar Doktor ( Ph.D ) yang ternyata orang tuanya buruh cuci dan tenaga kasar. Pernah pula pengusaha es krim yang hanya lulusan SD di Kalimantan Timur yang asalnya pekerja konstruksi kemudian keluar dari zona aman dan sukses. Inilah pemimpin baru dan model baru segala bidang. Sedang gubernur dan presiden, tentu akan menarik bila ada sedikit perhatian dengan situasi dan kondisi yang baru.


Ojo Neko Neko lan Ojo Nakal

Sesuai slogan dan motto ponpes Nurul Huda, ditarik permasalahan kenapa pemimpin yang tak boleh nakal ?. Biar tidak terlau analitis dan cukup praktis jawabanya dengan mengibaratkan : jika anak anak SD, SMP, SMA nakal nakal bagaimana ?. Boleh, masih mungkin, tidak masalah, masih wajar, yang penting mau sekolah, masih ada harapan, masih bisa berubah, khan masih zamannya, jiwa bergelora masih syah lah dan lain lain jawabannya. Itu kategori untuk anak sekolah. Bagaimana dengan mahasiswa : jika masih nakal ?. Bisa jadi masih sama jawabnya, hanya porsi berkurang. Karena belum jadi sarjana, dan belum di dunia kerja atau tantangan sesungguhnya. 

Naik kelas lagi contohnya, agar lebih pas. Bila anak anak ( muslim ) yang belum baligh tidak berpuasa ramadhan, bagaimana pandangannya. Tentu sesuatu yang masih syah dan boleh secara agama. Namun bagaimana bila yang tak puasa itu ayahnya atau kakaknya yang sudah besar besar. Apa akibatnya dan resikonya. Inilah kenapa tulisan ini tak membahas secara detail, cukup dengan isyarat isyarat yang lebih kecil. Isyarat kecil jika dipahami dengan baik dan benar, sudah bisa menjawab isyarat isyarat yang besar dan lebih besar lagi dan kenapa pemimpin itu jangan sampai nakal jawabannya bisa lebih luas dan bisa anda buat lebih variatif lagi.

bagi pengalaman

berusaha belajar menulis dan membagikan kepada siapa saja dan cukup panggil nama ifoel atau bagi pengalaman

1 Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama