MELANJUTKAN TRADISI LELUHUR LINGKUNGAN PONPES

Melanjutkan tradisi leluhur untuk sementara kalangan masih dianggap ganjil atau tabu. Perlu diketahui, tradisi yang bagaimana, seperti apa, tujuannya apa, caranya bagaimana ?. Al Quran sendiri sering menyindir dengan peringatan para utusan Alloh SWT via para nabi nabi atau rosul rosul Nya kepada umat umat yang ada saat itu karena jawaban kaumnya adalah tentang : ini adalah tradisi nenek moyang kami, jawab kaum dimana para nabi nabi atau rosul rosul diutus. Anggapan itu tidak salah, karena struktur dan kulturnya berlangsung demikian tiap generasi yang mengisi zaman. Yang diluruskan adalah : tradisi atau kebiasaan yang menyimpang bahkan bisa menjadikan batal (hangus) amal dan karya mereka karena mengikuti tradisi yang salah/ keliru.

Setelah Vacum Beberapa Tahun

Berbeda bila itu tradisi atau kebiasaan yang baik, bagus bahkan ikut memberi jasa kepada generasi berikutnya. Justru perlu dilanggengkan dan diteruskan, walaupun dengan penambahan penambahan cara, metode dll karena memang zaman mengalami perubahan yang cepat. Contoh tradisi yang salah adalah, diantaranya menganggap bahwa sapi/ ternak atau hewan piaraan lain  yang telah memberikan turunan hingga jumlah tertentu, maka tak boleh diganggu dsb. Bahkan sesembelihan hewan itu dikhususkan untuk tamu dari kalangan ini, kalangan itu serta tidak bisa dinikmati secara umum.

Pada tulisan sebelumnya dan juga di blog ini pernah membahas antara kultur dan struktur, manakala kultur itu sebuah aktivitas yang menjiwai (baca ponpes : pondok pesantren) maka banyak para ulama berpendapat tetap lebih baik untuk diteruskan entah bagaimana caranya (mengundang tamu, keluarga sendiri yang mampu, dll). Contoh yang pernah terjadi di lingkup ponpes Nirbitan adalah pengajian Tafsir dan Hadist untuk kitab Riyadus Salihin. Bahkan oleh pendirinya yakni kitab Al Muwatho' nya Imam Malik pernah diadakan acara pembacaannya meskipun tidak/ belum tuntas oleh alm.abdusomad karena beliau menderita sakit di usia senja. 

Cover Al Muwatho' nya Imam Malik

Ada beberapa tokoh saat itu yang mengisi dinamika di Surakarta ikut dalam pembacaan kitab yg terbit pertama kali untuk jenis kitab kuning ini (Al Muwatho') di pendopo rumah al. KH Abdussomad baik dari kalangan Al islam, Nahdiyyin serta independent baik pengusaha dan komunitas masjid, yang berlangsung sekitar tahun 1978-1985 an. Dan Imam Malik rahimalloh inilah, diantara mahaguru imam imam besar yang mengisi sepanjang zaman yakni (Imam Syafei, Imam Hanafi, Imam Hambali) yang semuanya bermuara kepada Imam Malik. Alhamdulilah dengan segala keterbatasan kemampuan, kami berusaha agar diberi kekuatan secara kontinyu dan istiqomah dalam melanjutkan tradisi yang memang perlu dilestarikan dan dijaga ini. 

bagi pengalaman

berusaha belajar menulis dan membagikan kepada siapa saja dan cukup panggil nama ifoel atau bagi pengalaman

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama