Bagi penggiat medsos berbasis artikel, tentu kenal seword
yang mungkin asal atau akar katanya sword atau pedang. Pengunaan nama buat
digital, memang sedikit keluar jalur agar nampak akrab. Juragan, cukup
disingkat gand. Mas brother cukup dengan masbro dll. Berita paling update.
Konon seword sering menurunkan tulisan yang selalu mendapat kontra produkti
dari sajiannya, karena memang harap maklum sajiannya sering kurang berimbang. Contoh berita yang pernah ada di seword : PP Muhamadiyah Laporkan Seword
Nampaknya Jamsaren masuk bidikan untuk strata kenegaraan
bidang keagamaan ( baca Islam ) karena pendahulunya. Di era Saefudin Zuhri,
berdasarkan info medsos pernah nerbitkan yakni aturan larangan buku atau karya para
Ulama Kharismatik saat itu diantaranya karya Buya Hamka alm. Munawir Sadzali, sepulang dari AS terkenal
dengan kompilasi hukum islam nya. Tentu kata kompilasi, menggantikan bahasa
halus “ kompromi “. Meski kontroversial saat itu karena kompilasi ini dianggap
oleh sebagian Ulama Indonesia bagian pengurangan kemurnian ajaran islam,
bagaimanapun juga sebuah terobosan yang melibatkan ijtihad tingkat tinggi. Potensi Munawir tak diragukan lagi, karena
beliau lulusan Mambaul Ulum, sebuah lembaga pendidikan yang dibcak up oleh
kraton Surakarta yang saat itu memang atensi dengan pengembangan pendidikan
Islam. Bekasnya bisa dilihat di utara Sriwedari yakni bangunan kuno ( khas ),
namun sudah berubah fungsi menjadi sekolah setingakat SMA atau MAN Surakarta.
Screen Shot Haikal Hassan : Larangan Buku |
Nama saefudin sempat naik daun atau viral akibat idenya
menerbitkan 200 mubaligh atau dai yang masuk kategori kemenag ( kementerian agama
) RI. Terbitnya edaran dengan jumlah 200 tentu bisa besar atau kecil tergantung
cara pandang masing masing. Nama nama yang sempat mujur jadi bagian itu sebut
saja Ust Yusuf Mansur, justru akan mengundurkan diri. Adapaun nama Ust
Abdussomad ( UAS ) yang tidak masuk 200 nama, juga tak lupt perhatian para
penggemarnya. Harapannya, tak usah UAS masuk daftar itu justru lebih bagus.
Klasifikasi nama dilanjutkan jumlah yang terbatas, memang potensial untuk jadi
pemecahah pemecahan. Boleh jadi yang masuk daftar, meski kurang dikenal
masyarakat disatu sisi justru legitimate di mata pemerintah ( rezim ). Bisa
jadi yang diluar daftar, akan dianggap tidak pro dengan kebijakan pemerintah. Betulkah
demikian ?.
Penulis kebetulan hampir mirip nama dengan saefudin, hanya
di awal kata saja yakni saiful. Secara text sama arti/ makna yakni “ pedang “.
Dunia mengakui sejarah jazirah Arab dengan munculnya “ saefullah : pedang Alloh
SWT “ yang khas dimiliki sahabat mulia
Nabi Muhammad SAW yaitu Khalid Bin Walid RA yang dalam perang badar dan uhud,
masih menjadi rival ( musuh ) baginda Nabi Muhammad SAW. Indonesia dengan
sejarah yang sudah lewat mengenal nama Saefudin diantaranya Saefudin Zuhri (
mentri agama zaman presiden-1 RI Soekarno ). Kebetulan putranya mewarisi
jabatan strategis bidang keagamaan yakni Luqman Saefudin yang saat ini masih
menjabat aktiv Mentri Agama. Sepengetahuan penulis, alm Saefudin Zuhri selalu
disebut sebut jika pertemuan syawalan keluarga besar Jamsaren karena
reputasinya sebagai alumni jamsaren yang bisa nempati posisi tinggi sebuah
negri. Nama lain adalah Munawir Sadzali yang menjabat mentri Agama di era Orba.
Kebijakan berlanjut di tangan menag saat ini, yang kebetulan
masih segaris dengan alm, Saefudin Zuhri yang konon sang mentri pernah sebentar
berada di Solo serta berkhidmat di kluarga besar alm Kyai Siradj ( ponpes mini
tradisional di selatan SMA Al Islam ). Nama Kyai Sirodj terkenal bukan wilayah/
ranah kealiman dalam Islam, namun lebih pada “ karomah “ atau memiliki
kelebihan yang diluar kebiasaan ( khurujul ‘adad ). Ini pun diperoleh penulis
dari cerita mulut ke mulut diantaranya
dari alm. Ibunda sendiri dan di Solo kisah dan sejarah Kyai Sirodj bisa
didapati jika sedang diadakan Khaul di rumah yang berada di seputar
Honggowongso.
Kota Solo memang menjadi sorotan dunia untuk bidang
keagamaan ( baca untuk Islam ) karena memang melahirkan tokoh tokoh yang mengisi
khasanah berita nasional. Sebut saja Us ABB, Dr. Amin Rais, Drs Soekino dengan
MTA nya penerus pendahulu alm KH Abdulah Tufail Saputra, Abdulah Sungkar alm. Senior
perjuangan ust ABB, Habib Syeh yang fenomenal dengan Syeher Mania dengan ribuan
jamaah sholawat nya, dll. Yahh, semua ini mungkin berawal dari perhatian
Sinuhun Kraton Solo yang mensupport perjuangan Soekarno dari sisi material (
Soekarno adalah sipil intelektual dengan modal terbatas ), sementara kraton
juga miliki penasehat spiritual dengan diangkatnya diantaranya kyai dari Jamsaren. Barokah
serta efek lainnya, langsung atau tidak langsung akan mewarnai eskalasi
situasi dan kondisi nasional. Akhirnya berimbas pada elastisitas politik
nasional. Artinya jika hadapi hajat nasiona ( pemilu ), issu keagamaan jadi
ikutan diangkat ( nunut : bhs jawa ). Inilah ide dasar tulisan Solo Dan Nama Saefudin Dalam Sejarah Tak Tertulis
Akhirnya mentri agama aktiv saat ini, mau tidak mau ikut
permainan catur poltik akibat 2019 ada perhelatan besar karena penguasa saat
ini memang sedang dalam posisi penawaran yang cenderung makin turun, akibat
policy dan kebijakannya yang membumbungkan nilai tukar terhadap dollar,
infrastruktur yang belum kelar, kenaikan harga sembako, kenaikan sektor pajak,
dll. Jika 1964 Saefudin Zuhri keluarkan policy pelarangan buku, dan 1965 pecah
revolusi dengan adanya G-30 S PKI dengan korban beberapa jendral. Dan rupanya
putranya hampir sama hanya beda lahan, serta 1 tahun berikut ada pemilu yang
sepertinya bersuhu panas. Kebijakan itu adalah pemisahan ulama dengan indikasi
radikal atau bukan yang nampakanya dan insya Alloh semoga saja tidak berhasil.
Antara waktu lampau dan saat ini, hampir mirip kejdiannya yakni selisih 1 tahun
saja. Harapan saja looh, menurut hemat kami yakni jika jadi diterbitkan betul
rekomendasi kemenag itu, berapa banyak ulama yang jadi korban justifikasi
radikal hanya karena tak masuk dalam daftar versi kemenag.
Wallohu A’lam Bis Showab