Romantisme Rosululloh Terhadap Pejuang Seorang Diri

Romantisme yang dibangun Rasululloh SAW tidak melulu di lingkup rumah tangganya saja, namun untuk persoalan yang besar sekalipun Beliau akan tetap sebagai panutan yang mengagumkan. Banyak sudah mengenl apa " humairo atau si pemilik pipi merah " yang khusus ditujukan untuk panggilan istri Beliau yang bernama Aisyah RA. Namanya saja pejuang seorang diri, tentunya banyak lika liku yang dialami sahabat besar itu meski proses hidupnya tanpa didampingi teman atau saudara nya. Namanya Hatib Bib Abi Balta'ah. Pendatang atau perantau di Makkah dan saudara saudaranya di pertanggungan ( ikut, ngeger : bahasa Jawa ) kepada orang Quraisy ( bangsawan ). Karena keimananannya yang cukup tebal menjadikannya ikut hjrah ke Madinah, namun dalam kelompok yang terakhir dan seorang diri.

perjalanan jauh seorang diri 

Karena saudaranya juga tidak berani menyatakan keimanannya, cukuplah beliau hatib RA langsung gaspol dengan jalan kaki menuju Madinah sejauh lk. 500 km jalan darat. Tentu yang sudah umroh atau haji bisa rasakan betapa berat medannya antara 2 kota suci itu jika zaman dulu belum ada penerangan serta berjalan seorang diri. Hingga beberapa hari ia tempuh akhirnya berhasil sampai Madinah. Singkat saja, beliau ini ikut dan andil dalam perang Badar namun kehadirannya tetap tercium oleh Rasululloh SAW.

Sekian tahun di Madinah tetap dengan kesendiriannya, tibalah giliran Rasululloh SAW akan membebaskan Makkah karena sudah dijanjikan kemenangan, namun Beliau berusaha dengan meminimkan pertumpahan darah, bahkan kalau bisa tanpa ada korban. Sebeleumnya berita demikian ternyata didengar oleh sahabat Hatib RA ini. Khawatir akan saudara saudaranya di Makkah yang tergolong lemah, maka sebelum Rasululloh SAW mengirim pasukannya ia ( Hatib RA ) berusaha mengkhabarkan rencana Nabi SAW ini secara illegal alias lewat pintu belakang. Ia membuat surat dan dititipkan pada wanita yang akan mengadakan perjalanan ke Makkah, lalu....?

Rasululloh SAW pun mencium aroma pembuatan surat via belakang itu, lalu mengutus Tim Investigasi nya ( intel ) atau dalam bahasa arab : Tajassus yang terdiri dari Imam Ali RA ( menantu dari Nabi Muhammad SAW ), Zubeir Bin Awwam RA, Miqdad Bin Aswad RA. Dalam sahih Bukhory nomor 3007 mengkisahkan ini dengan cukup panjang, namun inti nya tetap namun redaksi akan penulis sampaikan sekomunikatif mungkin, sebab menyangkut operasi rahasia. Tim itu ( 3 personil ) menuju sumur, kolam, dam khoh ( roudhotu khoh ), mendapati wanita dalam sekedup dengan pakaian muslimahnya. Terjadilah percakapan sebagai berikut : Tim Investigasi ( TI ), Wanita Bersekudup ( WB )

1. TI   : Berikan sebuah surat yang anda bawa
2. WB   : Saya tidak membawa surat wahai tuan tuan
3. TI   : Akan kami paksa anda agar keluarkan surat atau kami telanjangi pakaian anda
4. WB   : Baiklah tuan, sambil mengeluarkan dari balik gelungannya

Tidak diceritakan dalam hadist tsb perjalanan pulang antara TI dan WB, namun surat sudah diterima TI dan disampaikan kepada Rasululloh SAW di kota ( Madinah ). Dalam surat itu tertulis atau bahasa sekarang, yang TTD adalah : hatib Bin balta'ah RA kepada penduduk musrik Makkah serta rencana kerja Beliau SAW  ( Pembebasan kota Makkah ). Tidak lama kemudian Rasululloh SAW memanggil Hatib RA dan Nabi SAW didampingi Umar RA. Terjadi dialog Nabi Muhammad SAW ( NM ), dan Hatib Bin Balta'ah ( HB ) dan Umar Bin Khottob RA ( UK ).
  1. NM    : Hatib, Ada apa dengan surat ini
  2. HB   : Jangan buru buru (vonis saya) Ya Rasululloh. Saya adalah perantau di Makkah dan tidak memiliki kecuali ada beberapa diantara mereka menjadi pertanggungan orang Quraisy dan di Madinah saya juga sendirian, tak ada saudara atau kawan dekat. Saya memandang para Muhajirin yang datang awal pada punya saudara di Makkah yang bisa lindungi harta dan kerabat di Makkah. Dengan situasi ini saya berkehendak ingin " berjasa ' tehadap sanak famili saya dan majikan mereka agar selamat jika terjadi pembebasan nantinya. Saya tetap benci kemurtadan serta kekufuran setelah mengenal Islam  dan tetap cinta Islam  
  3. NM    :  Laqod Shodaqokum, anda benar wahai Hatib
  4. UH      : Ya Rasululloh, biarkan saya menggal leher Munafik ini. Pintar sekali bicaranya dan alasannya
  5. NM   :  Biarkan Umar, orang ini (HB) telah jujur, dan bagaimana tidak jujur dia ( HB ) ikut dalam perang Badar. Dan tahukah engkau wahai Umar para pengikut Badar. barangkali Alloh SWT telah meninggikan derajad orang itu bahkan dibebaskan " berbuatlah semuanya wahai pengikut Badar ", karena sudah dimaafkan kesalahannya oleh Alloh SWT

Dari pembicaraan ini, almukarrom KH Maemun Zubeir dalam tafsirnya via you tube nya menambahkan informasi yakni " berlinanglah air mata Umar bin Khottob RA " atas jawaban Nabi Muhammad SAW yang ternyata semua pengikut Badar, dijamin ampunannya bahkan berbuat sekendak hatinya tetap dalam pengampunan.

Luar biasa kisah HB disamping insan besar yakni Umar RA dan Rasululloh SAW ini. dalam beberapa telaah islam dari berbagai kalangan, kisah tersebut selalu menghiasi mereka terutama bilamana pelajari kisah seputar Badar dan insan insan yang terlibat di dalamnya. Akhirnya HB dibebaskan dari tuduhan makar dan selanjutnya namanya tetap pulih seperti lain lainnya. Barokallohu lahu Hatib Bin Balta'ah RA yang dengan argumen jasanya meskipun mereka masih musrik yang domisili di Makkah, dibenarkan oleh Rasululloh SAW. Dan ini penulis angkat dengan tema Romantisme Rosululloh Terhadap Pejuang Seorang Diri.













bagi pengalaman

berusaha belajar menulis dan membagikan kepada siapa saja dan cukup panggil nama ifoel atau bagi pengalaman

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama