Bumi Makin Pikun

Bagi yang sekarang merawat, menemani, hingga menggunakan jasa perawat, hingga pembantu mendampingi orang tua baik pria sepuh (usia udzur) atau wanita sepuh ( usia udzur ) tentu akan berkesimpulan : pikun itu kembai seprti anak anak. Rasa malu berkurang bahkan bisa hilang, makan sembarangan, telinga dan mata berkurang drastis fungsinya sampai pada tataran lumpuh total atau minimum bertahan dengan kursi roda (masih ada yang berfungsi dengan gerakan). Dua pekan lalu sempat melayat/ takziyah ibu dari guru kami saat SLTP dengan usia 90 tahun dan 9 tahun total di tempat tidur, tidak bisa melihat dan mendengar. Semoga kesabaran guru kami mendapat tambahan ganjaran/ pahala setimpal pengabdian orang tuanya. Kebetulan ayahandanya telah mendahului bebarapa tahun. Banyak yang tak lulus terhadap ujian ini,



Akhirnya sebagian masyarakat lebih menyerahkan kepada panti asuhan orang tua ( jompo ) meski sebenarnya pengabdian terakhir khusus orang tua adalah amalan yang sangat mulia yang sangat dianjurkan oleh Sang Khaliq, disamping sebagai balas jasa atas jasa orang tua yang tanpa pamrih membesarkan anak hingga menjadi seseorang bermakna saat ini. Semua tidak akan ADA kecuali kehadiran orang tua.

Argumen mudah terhadap orang tua diatas, kita bawa ke arena lain yakni bumi tempat kita berpijak. Bila bumi makin pikun, alamat apa yang akan menjadi tolok ukur bahkan tanda tandanya. Secara teknologi dan teoritis, bumi saat ini mencapai kemajuan segala bidang akibat perkembangan intelektual para penghuninya yakni manusia. Namun dari kacamata dan pandangan yang tentu valid dari sabda utusan Sang Khaliq adalah bahwa bumi ini justru makin tua atau bumi makin pikun, Lho darimana diambil demikian ?.

Terlepas dari zaman batu, zaman sebelum masehi dan zaman zaman jauh sebelumnya yang biasa dikemukakan oleh ahli antropogi atau ahli sejarah bahwa sabda Beliau SAW : usia bumi itu 7 tahun, dan saya hidup di tahun ke 7. Marilah dianalisa sebentar. 

  1. Tahun Masehi     :  2017, dihitung dari tahun kelahiran Isa AS
  2. Tahun Hijriyah   :  1438, dihitung dari tahun Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah
Utusan Alloh SWT yang terakhir itu hidup di tahun ke-7, jika berasumsi dari wahyu Nya 1 hari : 1000 tahun ( QS Al Hajj : 47 ), berarti kita hidup pada hitungan 7 plus 438 (bonus). Saat Hijrah Beliau berusia anggap saja 53 tahun, berarti total kita berada di tahun yang ke : 1491 Hijriyah ( 1438+53 ). Ada kelebihan 491 tahun. Sedangkan sesuai sabda Beliau usia bumi atau dunia : 7 tahun dan beliau hidup di tahun ke 7 ( sebagai tanda juga Beliau adalah Utusan Terkahir ), tak ada utusan lagi sesudah Beliau wafat. Dengan kata lain, kita ini hidup di alam bonus yang mencapai 491 tahun. Bonus untuk usia manusia jika melewati usia 60 tahun. Utusan ini sendiri wafat di usia 63 tahun.Yang punya ortu hingga usia 70 tahun, bonusnya 10 tahun. Penulis memiliki ibunda sudah usia 85 tahun, maka bonusnya sekitar sudah 15 tahun. Sedang alam semesta termasuk bumi bonusnya sudah 491 tahun dari hitungan utama 1000 tahun. 

Sebagaimana ibunda penulis lebih 85 tahun, sudah nampak tabiat atau perilaku diluar normal dan sebagai putra, saya sadar akan hal ini meski untuk sebagian lebih memilih memasukkan ke sebuah panti. Namun penulis lebih memilih mendampingi langsung, dan ini kadang ada hal lain yang dikorbankan karena tadinya aktivitas rutin tidak di rumah Ibunda. Di samping itu penulis memiliki Mbah De ( kakak ipar nenek ) sekarang masuk usia 91 tahun sudah berbaring sepanjang hari di tempat tidur. Usia Mbah De ini bonusnya 50 persen ( 30 tahun ) dari usia yang disabdakan nabi SAW : 60 tahun. Bagaimana dengan bumi yang sesuai sabda Nabi SAW yang kalkulasi hitungan asumsinya 1 tahun ?. Apakah bonus bisa melampau angka 1000 tahun, sedang saat ini sudah masuk angka 491 tahun.

Dari hitungan hitungan di atas, makin jelaslah usia alam semesta c.q. bumi sudah masuk angka yang kritis. Menurut hemat penulis ada hal hal lain sebagai faktor penilaian sebagaimana faktor usia yang masuk angka bonus yakni perilaku aneh atau tabiat aneh. Nah, sekarang tabiat atau perilaku aneh aneh apakah sudah nampak atau malah ditampakkan ?. Untuk melihat ini, lihatlah tabiat atau perilaku para pemimpinnya, sebab merekalah yang akan jadi panutan. Sedang yang dipimpin untuk sementara penulis anggap sebagai subyek kelas 2. Di timur tengah, sudah tampak bagaimana rakusnya manusia untuk menguasai kawasan atau wilayah lain dengan cara cara diluar kemanusiaan. Sedang untuk masyarakat biasa, apakah yang aneh aneh juga nampak ?. Lalu bagaimana dengan di negri kita Indonesia ?. Bila anda, kita, mereka dan siapa saja jika menyimak berita dengan perilaku diluar normal yang amat amat dan amit amit  disitulah tanda itu mulai nampak. Bila kebenaran menjadi pahit sedang kejahatan menjadi manis, itulah sebagian tandanya juga. Yang paling krusial, jika yang akan pegang urusan atau konsisten dengan agamanya seperti memegang bara api. Itulah tanda yang paling jelas kenampakannya bahwa memang  bumi makin pikun . Sebab agama akan membuat dan memberi manfaat penduduk bumi, akan tetapi justru bara apilah yang diterima para pengembannya.

bagi pengalaman

berusaha belajar menulis dan membagikan kepada siapa saja dan cukup panggil nama ifoel atau bagi pengalaman

1 Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama